Selasa, 10 November 2015

KEARIFAN BUDAYA LOKAL




MENJUNJUNG BUDAYA LOKAL MELAYU
“MANDI SAMPAT, MANDI PENGANTIN”


12208104_930016027123137_1981884335_n.jpgTanjungpinang– Berbicara tentang kebudayaan lokal di Indonesia, terutama kebudayaan Melayu KEPRI tentunya sangat beranekaragam, budaya Melayu yang  penuh dengan keistimewaan serta keunikan yang tersimpan di dalamnya menjadi kebanggaan bagi  masyarakat Melayu rabu, (03/11).
Kini kita akan mengupas satu kebudaya Melayu yang tersimpan di dalam pelosok Negeri yaitu, Budaya Mandi Sampat. Mandi Sampat ialah budaya yang banyak diantara budaya-budaya Melayu yang ada, budaya ini sebenarnya berasal dari desa Kobel Kecamatan Kundur Barat Kabupaten Karimun, dan telah lama berkembang dikalangan orang-orang melayu Kobel.
Mandi pengantin atau yang lebih dikenal dengan sebutan mandi Sampat ini, ialah mandi yang diperuntukkan bagi pasangan pengantin yang baru selesai melaksanakan Ijab Kabul serta  rangkaian pernikahan lainnya. Menurut kepercayaan mereka, Mandi sampat dilaksanakan untuk memohon doa restu kepada kedua orang tua agar kelak dapat membina keluarga yang rukun.
Yang menjadi keistimewaaan tersendiri pada tradisi ini ialah bahan-bahan yang digunakan untuk mandi sangatlah unik seperti, air berzanzi, 2 biji kelapa, 2 batang lilin, benang, santan, sagu dan beras.
Menurut mak We, (orang tua yang sering diberi kepercayaan untuk memandikan pasangan pengantin di Kobel) menuturkan “air mandi sampat ni harus pakai air bekas orang berzanzi, air berzanzi ni pulak didapat dari air orang mengaji pas malam berinai air ini disimpan untuk memandikan  pengantin. Kenape harus air berzanzi, sebeb air berzanzi ni dah kene doa-doa waktu orang mengaji, jadi bagos untuk mendoakan pengantin”.
Selain keunikan pada bahan-bahan yang digunakan, prosesi atau tatacara mandi sampat pun begitu unik dan menarik. Langkah awal yang dilakukan saat upacara mandi sampat ialah mempersiapkan dua buah bangku untuk pasangan pengantin yang akan dimandikan sampat, kedua letakkan dua buah kelapa dan dua batang lilin yang dihidupkan didepan pengantin, ketiga siramkan air berzanzi pada pasangan pengantin yang sebelumnya sudah didudukkan pada bangku hingga basah, keempat sampho serta sabunkan pengantin dengan santan kelapa, kelima pasangan pengantin harus melangkahkan benang sebanyak tujuh kali, yang sebelumnya benang sudah di ikat bulat sebesar ukuran badan pengantin, benang tersebut dimasukkan kedalam badan kita dan langkahkan sebanyak tujuh kali setelah selesai benang tersebut diputus mengunakan tangan. “Hal ini dipercaye untuk menolak bale atau segale marabahaye, serta melepaskan pengantin dari tanggungjawab mak bapaknye” jelas mak We.  
Keenam bersihkan badan pengantin dengan air untuk menghilangkan santan pada kepala dan badan.
“air sisa mandi pengantin ini nanti disiram-siramkan ke orang-orang yang menonton, tapi air ni dikhususkan untuk gadis-gadis aje, supaye yang terkena air ini cepat dapat jodoh dan menikan” cerita mak We. 
Ketujuh pengantin akan melemparkan kelapa ke lantai/tanah secara bersamaan, hal ini dilakukan dan dipercaya untuk melihat karakter dari kedua pengantin, jika kelapa yang dilemparkan bergoyang maka karakter si pengantin ialah banyak ngomong, cerewet, centil dan lain sebagainya. Sedangkan untuk kelapa yang di lemparkan dan jatuh diam maka si pengantin biasanya diartikan berkarakter pendiam.  Kedelapan setelah pengantin bersih dan sudah berganti pakaian pengantin akan menginjak sagu dan beras yang sudah di taburkan di lantai menuju kedua orang tua mereka untuk melakukan proses sungkeman, memohon doa restu.
Rangkaian mandi sampat ini tidaklah begitu rumit, namun harus dilakukan oleh orang-orang tua yang sudah berpengalaman dan benar-benar ahli dalam melakukannya seperti, mak We.
Tradisi-tradisi Melayu yang ada dan berkembang menjadi aset warisan  budaya yang membaggakan bagi masyarakat, kini tinggal bagaimana cara kita untuk tetap mempertahankan kearifan budaya lokal yang penuh dengan keunikan dan keistimewaan agar, tetap lestari dan berkembang hingga mampu menyaingi  budaya modern saat ini.(Hariani)    



Tidak ada komentar:

Posting Komentar